Film Joker 2019

Film Joker 2019 Pada Film Joker yang saat ini sedang tayang di bioskop-bioskop Indonesia sukses membuat penonton terhipnotis dan terbawa suasa akan tema ceritanya.

Walaupun itu karakter Joker adalah badut, namun ceritanya bukanlah yang lucu-lucuan melainkan menyeramkan. Bahkan sangat banyak netizen usai menonton film tersebut merasa ketakutan.

Sejak tayang perdana pada Rabu kemarin, ternyata masih ada orangtua yang membawa anak nonton film yang dibintangi oleh Joaquin Phoenix. Hal ini pun membuat netizen ikut kesal. Apalagi rating film ini adalah R yang berarti khusus dewasa dan sama sekali tidak ada Batman di adegannya. agen bola

Sebab itu, banyak peringatan di media sosial larangan kepada orangtua untuk tidak membawa anak-anak nonton film Joker. Komika Pandi Pragiwaksono pun turut memberikan peringatan serupa. sbotop

Dengan apa yang diketahui, film Joker menceritakan tentang Arthur Fleck, seorang komedian yang gagal sukses dan menjadi bulan-bulanan publik. Hidupnya penuh kesulitan sehingga membuat mentalnya semakin terpuruk dan ia akhirnya memilih jalan kegelapan di Kota Gotham. https://www.americannamedaycalendar.com/

Pilu. Tragis. Kegilaan yang mendalam. Tiga hal tersebut ada di hampir seluruh bagian dari film Joker (2019). Untuk sebuah film yang mengangkat karakter dari komik, cerita film yang dibintangi Joaquin Phoenix ini amatlah gelap.

Joker mengisahkan beragam kekerasan baik fisik maupun mental yang terpaksa diterima dan dilalui oleh Arthur Fleck (Phoenix), seorang komedian gagal. Ia hidup di era ketika Gotham dalam titik kronis, penuh ketimpangan, kejahatan, dan kemarahan pada 1980-an.

Inilah fondasi pengembangan karakter bernama Joker yang dikenal sebagai ‘Pangeran Kriminal’ dan disebut ‘supervillain’.

Butuh kesiapan mental untuk bisa menerima dan memahami segala hal yang dilalui oleh Fleck. Dalam konteks ini, sutradara Todd Phillips sungguh tak membuat Joker sebagai hiburan yang mudah ditelan begitu saja.

Konflik-konflik sosial seperti masalah kesehatan mental, benturan antar-kelas, hingga politik manipulatif ditampilkan secara nyata dan gamblang. Termasuk perjalanan kejiwaan Fleck, dari semula seorang yang tertindas menjadi penjahat berdarah dingin yang tidak merasakan apa-apa ketika mengambil nyawa seseorang.

Kali ini, penonton benar-benar diharapkan mematuhi aturan terkait klasifikasi usia dari lembaga sensor. Joker sungguh dibuat untuk penonton usia 17 tahun ke atas.

Peringatan ini bukan hanya terkait aksi kekerasan fisik di dalam film, tapi juga kedewasaan dalam menerima pesan di dalam film.

Selain itu, penonton yang memiliki masalah kesehatan mental atau depresi akan jauh lebih bijak menghindari film ini. Atau mintalah pendampingan dari orang terdekat bila kukuh ingin menyaksikannya.

Peringatan ini bukan sekadar menakut-nakuti atau pun berlebihan. Netizen pun mengeluhkan hal serupa. Todd Phillips bukan hanya menggambarkan segala kepiluan Fleck, namun membawa penonton ikut merasakannya.

Dengan cara yang ajaib, Todd Phillips yang merangkap sebagai produser dan ikut membantu menulis naskah bersama Scott Silver, mampu membawa penonton ikut merasakan bagaimana menjadi orang yang dirundung, dimarjinalkan, mendapatkan kasih sayang yang palsu, dan tak diinginkan. Secara bertubi-tubi.

Bukan hanya itu, beragam kekerasan juga ditampilkan secara gamblang, atau setidaknya mampu membuat penonton terdiam seribu bahasa.

Di sisi lain, Joker juga menggambarkan betapa buruk dampak yang muncul terhadap seseorang yang merasakan kekurangan cinta, apresiasi, penerimaan, dan kasih sayang dari sekelilingnya. Ditambah lagi kegagalan pemerintah dalam membantu mereka yang termasuk dalam kaum marjinal – termasuk di dalamnya orang-orang yang membutuhkan bantuan psikolog profesional.

Masalah yang sebenarnya bisa terjadi dengan siapa pun di dunia ini, bukan hanya Joker.